Ringkasan
Masalah utama dalam pengolahan karet blok skim adalah bau
busuk karena degradasi protein dari lateks skim oleh mikroba menjadi senyawa
amoniak dan sulfida yang mencemari lingkungan pabrik dan karet blok skim yang
dihasilkan mempunyai nilai PRI (plasticity retention index) yang rendah karena
rusaknya antioksidan di dalam karet. Lateks skim sendiri adalah serum lateks
dari pengolahan lateks pekat yang masih mengandung karet antara 3-7% dan yang
merupakan hasil samping dari pabrik lateks pekat. Masalah dalam pengolahan
karet blok skim ini adaah bau busuk yang sangat menyengat dan nilai PRI yang
rendah yang disebabkan degradasi protein. Lalu dilakukan percobaan dengan
menggunakan asap cair.
Penggumpalan asap cair
dengan lateks skim
Lateks skim segar yang berasal dari
pabrik lateks pekat swasta, dimasukan kedalam bak plastik berkapasitas 250
liter. Selanjutnya lateks skim di aduk menggunakan pengaduk mekanis dengan
kecepatan 300 rpm dan diaerasi menggunakan aerator yang biasa digunakan untuk
memompa ban kendaraan. Selanjutnya lateks skim digumpulkan dengan asap cair
pada pH 4,5 , 4,7 , dan 4,9 dan dengan asam sulfat pH 4,7 lalu diaduk selama
4-6 jam.
Hasil
percobaan :
dari hasil percobaan tersebut terbukti bahwa kandungan
amoniak berkurang. Selain itu semakin lama pengadukan dan aerasi dari lateks
menyebabkan kadar amoniak didalam lateks skim semakin berkurang.
Kesimpulan
Berdasarkan
data hasil percobaan yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. pengadukan mekanis dengan kipas
listrik selama 4-6 jam mengurangi kadar amoniak 15-47%.
2. asap cair menggumpalkan lateks
skim dengan sempurna pada pH 4,5 4,7 dan 4,9, sedangkan serum dan koagulum
karet skim yang dihasilkan tidak berbau busuk karena degradasi protein dikaret
skim dihambat, melainkan berbau asap yang kemungkinan lebih dapat diterima oleh
penduduk disekitar pabrik lateks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar